Beberapa tahun terakhir, pertumbuhan angka pengguna media sosial seperti facebook atau twitter meningkat dengan sangat pesat bak jamur di musim hujan. Pengguna aktif media sosial tersebut berasal bukan hanya dari kalangan orang dewasa melainkan juga anak-anak usia sekolah dasar dan remaja. Data yang dirilis di situs www.socialbakers.com menyebutkan bahwa pengguna facebook di Indonesia untuk rentang usia 13-15 tahun adalah 10% dari total jumlah pengguna facebook di Indonesia. Masih berkaitan dengan jumlah pengguna facebook, Charlene Chian, kepala komunikasi facebook untuk Asia-Pasifik mengatakan saat ini ada 64 juta pengguna aktif facebook di Indonesia. Jika merunut kepada data tersebut, diperkirakan ada 6,4 juta pengguna aktif facebook berusia remaja di Indonesia dan angka tersebut belum termasuk mereka yang berusia di bawah 13 tahun.

Banyaknya pengguna media sosial seperti facebook didorong oleh semakin mudahnya akses internet yang didapat oleh anak-anak. Terkait hal ini, Dirjen Sumber Daya Perangkat Pos dan Informatika (SDPP) Kemenkominfo Budi Setiawan mengatakan bahwa kebanyakan yang mengakses internet di Indonesia berusia antara 15-20 tahun. Selain itu usia 10-14 tahun adalah yang paling dominan. Di satu sisi, jejaring sosial menolong anak dan remaja dalam memperluas jaringan pertemanan atau sekedar mencari informasi. Namun, dampak negatif yang ditimbulkannya pun tidak kalah hebat. Dampak negatif dari jejaring sosial yang paling masif terjadi akhir-akhir ini adalah praktek bullying dan penipuan yang berujung pada kekerasan terhadap anak serta remaja. Kerugian yang dialami bukan sekedar trauma psikologis, namun dapat berimbas pada masa depan anak yang bersangkutan.

Upaya yang dilakukan untuk mencegah anak dan remaja mengakses jejaring sosial hampir mustahil dilakukan mengingat ada banyak perangkat yang bisa digunakan di samping kemudahan akses internet yang bisa didapatkan oleh mereka. Namun, setidaknya ada edukasi yang bisa diberikan kepada anak dan remaja ketika mereka mengakses jejaring sosial sehingga mereka bisa terhindar dari praktek bullying (baik sebagai pelaku maupun korban) dan penipuan dari orang yang tidak bertanggungjawab. Berikut adalah beberapa tips bagi orangtua untuk mengedukasi anaknya agar bisa menggunakan jejaring sosial dengan bijak:

1. Ingat “Golden Rule”

Saat menggunakan internet, ada orang-orang tertentu yang menyamarkan identitasnya untuk menyerang, memfitnah dan mendiskreditkan orang lain dengan alasan tidak menyukai orang tersebut atau hanya sekedar iseng. Saat menggunakan jejaring sosial atau blog, sangat mudah bagi kita untuk menemukan profil seseorang yang tidak kita kenal. Orangtua perlu mengajarkan kepada anak bahwa mereka harus menaruh rasa hormat kepada setiap orang, termasuk orang yang tidak dikenal, yang mereka jumpai lewat internet dan jejaring sosial. Itulah yang dimaksud dengan Golden Rule, yang juga berlaku di dunia nyata dimana kita harus memperlakukan orang lain sebagaimana kita juga ingin diperlakukan oleh orang tersebut.
2. Jangan menyebarkan gosip

Ajarkan kepada anak untuk mampu membedakan informasi yang benar dan yang salah sebelum mereka memposting suatu berita atau informasi di jejaring sosial. Kemampuan tersebut akan mencegah beredarnya gosip atau informasi yang tidak benar yang bisa menghancurkan reputasi seseorang dan merugikan pihak-pihak tertentu. Hal ini dikarenakan berita yang diposting di jejaring sosial akan cepat menyebar ke banyak orang dalam hitungan detik. Dengan memeriksa kebenaran informasi sebelum mempostingnya, anak-anak belajar untuk menjadi pengguna jejaring sosial yang bertanggungjawab.

3. Menjaga informasi yang sifatnya rahasia

Beberapa perusahaan memfokuskan bisnisnya pada usaha untuk mengumpulkan informasi pribadi dari pengguna jejaring sosial dan kemudian menjualnya kepada para pemasar. Kemungkinan terburuknya adalah informasi tersebut jatuh ke tangan orang-orang yang tidak bertanggungjawab dan berniat mengambil keuntungan dengan cara yang tidak benar. Orangtua perlu mengingatkan anak-anaknya untuk tidak membagikan informasi pribadi yang sensitif untuk diketahui publik. Anak-anak perlu tahu bahwa informasi pribadi yang mereka share secara online di jejaring sosial tidak hanya berdampak bagi diri sendiri tapi juga keluarga mereka.

4. Melawan praktek cyberbullying

Cyberbullying atau praktek bullying yang terjadi di dunia maya, khususnya jejaring sosial, menjadi salah satu problem paling serius bagi anak dan remaja yang sering online di internet. Anak-anak dan remaja paling rentan untuk disakiti, ditipu serta dimanfaatkan orang-orang yang tidak bertanggungjawab apalagi jika tidak ada kontrol atas aktivitas online mereka di jejaring sosial. Ajarkan kepada anak-anak jika suatu kali mereka mendapati praktek cyberbullying baik terhadap diri mereka atau seseorang yang mereka kenal, maka mereka harus segera melapor kepada orangtua atau otoritas dari orang yang bersangkutan. Dengan demikian, dapat diambil tindakan secepatnya untuk memutus praktek cyberbullying tersebut.
5. Berpikir tentang masa depan

Pengguna jejaring sosial yang baik akan berpikir terlebih dahulu sebelum melakukan sesuatu. Berbagai macam hal atau informasi yang telah dibagikan oleh anak dan remaja di jejaring sosial sama seperti tattoo digital yang akan tetap terlihat untuk selamanya. Jika orangtua mengajarkan kepada anaknya tentang memandang masa depan, termasuk memikirkan bagaimana orang-orang yang dikenal melihat reputasi hidupnya, tentu mereka akan memutuskan dengan bijak hal-hal apa saja yang akan mereka bagikan di jejaring sosial. Tolonglah anak untuk menjadi pengguna jejaring sosial yang bijaksana.

Joseph Heryawan, S.Th., M.M., Vice Principal of MDC Christian Elementary School

Share this entry